Ada orang yang berkata bahwa musuh terbesar
kita adalah diri kita sendiri. Siapa bilang egois itu mudah untuk dikalahkan ?
Dan bahkan sering mengorbankan orang yang kita cintai untuk melampiaskan dan
memuaskan sebuah keegoisan diri. Mungkin itu sering terjadi antara kita, aku
dan kamu, dan cinta kita. Sangat sering menyalahgunakan keegoisan di dalam
kepercayaan dan kelemahan. Jadi terkadang sekilas terlihat seperti “memanfaatkan”?
Mungkin istilah itu terlalu kejam, tetapi hanya terlihat sekilas belum tentu
seutuhnya. Aku pun di dalam kepercayaan, kelemahan, dan ketakutan itu, sering
melakukan apapun bahkan diluar akal sehat untuk memuaskan sebuah keegoisanmu,
dan setelahnya, mengharapkan suatu saat keegoisanku nanti juga akan terbayar,
dengan segala yang ada di antara kita, di dalam rasa saling memiliki, memberi,
menerima, dan membutuhkan. Kalau begitu, apakah keegoisan itu juga bisa disebut
harapan ? Atau terlalu buruk disebut harapan ?
Sakit itu pasti akan muncul lagi jika keegoisan itu tidak terlaksana,
itu hanya sebuah keegoisan. Bagaimana jadinya jika itu adalah sebuah harapan ?
Akan seperti apa sakitnya jika tidak terwujud ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar